Pages

Ingin Bercerai? Tes STIFIn dulu agar tahu Akar Masalah Konflik Pernikahan

Semua orang, baik pria maupun wanita, pasti ingin pernikahannya berjalan harmonis dan bahagia. Namun, kenyataan tidak selalu berjalan sesuai dengan harapan. Alih-alih bahagia, kita justru merasa tersiksa dengan pernikahan yang kita jalani sehingga kita ingin bercerai dan pisah dari pasangan hidup (suami atau istri).

Sebaiknya, perceraian dan perpisahan dalam perkawinan harus dipertimbangkan secara bijak dan matang agar kita tidak menyesal di kemudian hari. Apalagi, ketika anak-anak sudah hadir dalam perkawinan kita. Karena perceraian juga pasti akan berimbas kepada anak-anak.

Sebenarnya, kita dapat memperbaiki hubungan pernikahan kita dengan syarat kedua pihak yaitu suami dan istri berkomitmen untuk berubah menjadi lebih baik. Selain itu, kita juga harus tahu akar penyebab masalah pernikahan kita. Dengan tahu akar masalahnya, maka terapi penyembuhan pernikahan akan menjadi efektif.


Berdasarkan pengalaman kami selama melaksanakan Tes STIFIn untuk pasangan suami istri, penyebab terbesar masalah pernikahan adalah karena pasangan suami istri memiliki pola hubungan yang tidak cocok sebagai pasangan suami istri menurut Teori Sirkulasi STIFIn sehingga suami dan istri sering berkonflik atau bertengkar. Konflik ini memang benar-benar dipengaruhi oleh pola hubungan yang tidak cocok antara suami dan istri. Salah satu contohnya, jika sesuai dengan fitrah/kodrat, idealnya suami yang seharusnya membina dan membimbing istri, namun karena pola hubungannya tidak cocok maka justri istri yang merasa berhak dan berwenang mengarahkan dan mengkoreksi suami. Akhirnya, suami tidak rela diatur-atur oleh istri sehingga suami dan istri sering berkonflik.

Kalau kita telanjur menikah dan ternyata setelah Tes STIFIn pola hubungan antara kita dan pasangan tidak cocok berdasarkan Teori Sirkulasi maka Konsep STIFIn menyediakan panduan untuk menjalani pernikahan yang sesuai dengan pola hubungan antara kita dan pasangan sehingga meskipun tidak cocok tetapi konflik tetap dapat dicegah dan diminimalkan. Panduan tersebut bukanlah panduan umum seperti yang diajarkan dalam kelas Pranikah (Pra-Nikah) tetapi panduan yang spesifik karena memperhitungkan pola hubungan antara kita dan pasangan. Panduan tersebut meliputi panduan dalam cara berkomunikasi, cara mencari nafkah, dan cara berhubungan seksual. Konsep STIFIn memiliki 25 panduan pernikahan karena pola hubungan suami istri juga terdiri atas 25 pola hubungan. Pernikahan kita pasti termasuk salah satu di antara 25 pola hubungan itu.

Perlu diketahui bahwa pihak ketiga yaitu selingkuhan atau pelakor, bukanlah akar masalah pernikahan bubar. Pelakor adalah akibat dari pola hubungan pernikahan yang tidak cocok. Karena suami atau istri merasa tidak cocok maka suami atau istri mencari sumber kebahagiaan pada orang lain yaitu pelakor atau selingkuhan. Tentu saja, jika suami dan istri sama-sama bahagia maka pelakor tidak akan hadir.

Maka, bagi istri atau suami yang pernikahannya bermasalah tetapi tidak ingin bercerai dan berusaha memperbaiki pernikahannya, sangat dianjurkan untuk mengikuti Tes STIFIn. Pihak yang menjalani Tes STIFIn harus kedua pihak yaitu istri dan suami. Tujuannya agar diketahui pola hubungan antara suami dan istri sehingga kita mengetahui panduan/terapi yang tepat untuk menyelamatkan pernikahan kita. Selanjutnya, setelah mengetahui pola hubungan dan terapinya, pasangan suami dan istri itu mungkin juga perlu berkonsultasi ke psikolog atau konsultan/konselor pernikahan. Konsultasi dan konseling pernikahan seharusnya didasarkan pada hasil Tes STIFIn agar hasilnya efektif dan efisien.

Tes STIFIn adalah tes untuk mengungkap potensi (bakat, minat, karakter, dll.) dalam diri manusia. Karena memiliki Teori Sirkulasi yang mampu menunjukkan hubungan antar orang maka hasil Tes STIFIn dapat diterapkan di banyak urusan, salah satunya yaitu pernikahan. 

Untuk informasi dan pendaftaran Tes STIFIn, hubungi Saudara Erlangga lewat WhatsApp di nomor 0856 4591 8991 atau klik bit.ly/WAstifin

No comments:

Post a Comment